Swaramalut.com, Morotai
Ivent Festival Morotai 2019 menyimpan cerita berbagai warna. Pesona alamnya, budayanya, serta memilik sejarah perang dunia kedua yang menjadi catatan penting bagi masyarakat pulau morotai. Ada kesan mendalam terkait Morotai. Bisa ikut ke dalam Festival Morotai 2019 menjadi hal membanggakan.
Koreografer Eko Pece pada wartawan dipanggung festival, Rabu (07/08/2019) mengatakan Ada banyak tradisi leluhur yang masih bertahan hingga kini. Salah satunya musik tradisional khas Morotai Bambu Tada yang di gelar pada hari ini dan mendapatkan rekor Muri tingkat Dunia, jumlah 1.124 peserta bambu tada.
“Musik Bambu Tada merupakan orkestrasi musik dari instrument yang terbuat dari bambu. Dimainkan secara berkelompok, masing-masing orang memegang dua bambu yang berlainan nada, yaitu nada satu dan nada dua, yang lain nada tiga tinggi dan nada tiga rendah,” Kata Eko.
Menurutnya, Musik Bambu Tada dikenal di Pulau Morotai dan hingga kini masih bertahan di hampir setiap desa. Selain sebagai hiburan masyarakat, musik tradisional khas Morotai ini merupakan salah satu bentuk kebersamaan warga, mulai dari anak-anak, remaja, dan dewasa, baik pria maupun wanita.
“Peserta musical porimoi sebanyak 500 penari dari tingkat SMP SMA bahkan SD. Generasi muda yang ikut dalam tarian klosal semuanya di dukung oleh masyarakat pulau morotai. Tidak hanya itu, peserta bambu tada di ikuti oleh 15 desa. Dari mereka morotai memiliki harapan baru dalam pentas seni,” ujarnya.
Lanjut dia, peserta musik bambu tada yang tampil pada acara puncak festival morotai 2019 adalah putra putri terbaik yang di miliki oleh masyarakat pulau morotai. Mereka mampu menghipnotis seluruh peserta yang hadir dengan irama gesekan bambu nan enak di dengar oleh suluruh tamu undangan.
“Saya merasa ini adalah kesempatan terakhir untuk membuka pola pikir mereka bahwa ternyata mereka punya talenta yang luar biasa dan mereka harus bangga karena sudah membuktikan dengan sendirinya bahwa mereka punya kesenian yang luar biasa dan harus didukung oleh pemerintah daerah setempat maupun pemerintah pusat,” jelas Eko.
Bahkan kata Eko, kesuksesan meraih rekor Muri bukanlah hal yang muda, namun membutuhkan kekompakan pada seluruh peserta. Kini mereka berhasil membuktikan itu. Dari kesuksesan ini, musik bambu hitada bakal kami promosikan ke tingkat nasional bahkan sampai ke luar negeri.
“Kita berupaya untuk mempromosikan ke tingkat nasional. ini sangat mungkin karena identitas musik yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain. kita tampilkan cukup sederhana dan jika diolah lagi lebih serius maka akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Kita juga mempunyai kesempatan besar untuk mengelilingi dunia. itu sangat mungkin terjadi karena bambu tada hanya ada di pulau morotai,” tuturnya.
Di tempat yang sama menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, penyelenggaraan Festival Morotai 2019 kita berikan apresiasi. Karena dengan berbagai kolaborasi tarian klosal dan bambu tada mampu menghipnotis seluruh tamu undangan.
“Saya bangga, Indonesia memiliki beragam budaya yang dapat mempersatukan kita. Morotai mampu membuktikan itu, dengan keberagamannya sehingga mampu mengkolaborasi musik masyarakat pulau morotai. Ini perbelulang tampil di pentas dunia,”tuturnya..#amt
ADVERTORIAL